29 Maret, 2017

Call Number : COE 979.59824 Mur B

No. Inventaris : 380-PD/A.12

Judul : Perempuan & Ronggeng

Pengarang : Endang Caturwati

Penerbit : Bandung: Pusat Kajian Budaya & Pembangunan

Berkelanjutan, 2006


Di Tatar Sunda Perempuan dan ronggeng dalam kurun waktu tertentu keduanya pernah membuat batas pemisah. Perempuan terpelajar dan perempuan dari kalangan menak tidak boleh tampil di pertunjukan umum, karena selalu diidentikkan dengan ronggeng sebagai kembang buruan. Di balik pesona serta pencitraan ronggeng yang selalu negatif, pada kenyataannya mempunyai multi peran. Seni pertunjukan sebagai sarana hiburan masyarakat seperti ronggeng atau sinden dapat berkembang di Tatar Sunda selain faktor sosial budaya juga karena sesuai dengan selera masyarakat pendukungnya. Ronggeng hingga sampai era perkembangan jaman yang sangat cepat berubah perannya tetap sebagai seorang ibu dan kepala rumah tangga. Sebagai seorang ibu mempunyai tanggung jawab yang besar pada masa depan anak-anaknya hal ini dikarenakan adanya perceraian. Pada umumnya laki-laki yang pernah mengawini ronggeng, tidak pernah mempedulikan akan kelangsungan kehidupan anak-anaknya. Pada umumnya ronggeng menggambarkan sosok perempuan penghibur, baik di luar panggung maupun dalam konteks pertunjukan yang selalu memicu keonaran. Dalam perkembangannya ronggeng mempunyai arti penting dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya sebagai perempuan terhormat dalam upacara-upacara ritual, khususnya sebagai seorang yang memiliki kemampuan penyembuhan yang diusia tuanya sering dimintai petuah dan nasehat. (rh)

Kata kunci : Penari, Seni pertunjukan, Tarian tradisional