29 Maret, 2017

Call Number : COE 391 Suw M

No. Inventaris : 624-PD/A.12

Judul : Mengenal Busana Pengantin Gaya Yogyakarta

Pengarang : Suwarna Pringgawidagda

Penerbit : Yogyakarta: Aadicita Karya Nusa, 2001


Busana pengantin gaya Yogyakarta pada awalnya hanya ada dua jenis, yaitu busana pengantin Paes Ageng Basahan dan Paes Ageng Jangan Menir. Pada perkembangannya busana pengantin gaya Yogyakarta dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu busana penagntin (1) Paes Ageng dipakai saat upacara panggih oleh putra-purti Sri Sultan Hamengku Buwana pada perkawinan agung di dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, (2) Paes Ageng Jangan Menir dipakai pada saat boyongan/keesokan harinya setelah upacara panggih oleh putra putri Sri Sultan Hamengku Buwana,(3) Yogya Putri dipakai saat sepasaran (hari ke-5) atau sepekanan setelah upacra panggih, (4) Kasatriyan Ageng dipakai saat selapanan (hari ke-35) atau perayaan pengantin sejak zaman Hamengku Buwana VII, juga dikenakan oleh Ngarsadalem dan putra putri pangeran pada tanggal 20 malam bulan Mulud dimana malam itu Ngarsadalem menyebar udhik-udhik kepada rakyatnya, (5) Kasatriyan dipakai pada acara pahargyan atau resepsi pernikahan, sifat busana ini mencerminkan situasi santai atau tidak formal. Setiap jenis busana pengantin memiliki fungsi yang berbeda. Pada zaman sekarang ini semua jenis busana pengantin gaya Yogyakarta dapat dikenakan oleh siapa saja tidak hanya dalam lingkungan Keraton namun masyarakat umum boleh mengenakan. Hal ini berkaitan dengan pelestarian kebudyaan Jawa terutama dalam hal busana pengantin. Diharapkan busana pengantin tersebut tidak akan punah dan tetap lestari dikenal dan dikemabngkan oelh generasi Jawa bedrikutnya.(rh)

Kata kunci : Keraton Yogyakarta, Pakaian Adat, Pakaian pengantin, Perkawinan adat, Upacara adat