30 November, 2016

Kelly Puspito (lahir di Pati, Jawa Tengah, 27 Agustus 1930 – meninggal di Semarang Jawa Tengah, 19 Desember 2009 pada umur 79 tahun) adalah musikus berkebangsaan Indonesia. Dia dikenal sebagai pencipta lagu Keroncong Tanah Airku[1][2]. Menyukai musik sejak masih duduk di bangku SMP. Di samping menciptakan lagu, mengaransemen, melatih paduan suara, keroncong, dan kolintang, ia juga mengajar beberapa matakuliah di Unnes Semarang sebagai dosen luar biasa. Kelly termasuk salah satu pencipta lagu yang ikut memengaruhi perkembangan musik keroncong Indonesia. Karya-karyanya sering menjadi materi lomba Bintang Radio dan Televisi (BRTV) dan dijadikan bahan kajian oleh mahasiswa yang sedang menempuh skripsi.

Kehidupan pribadi
Sejak SMP Kelly Puspito sudah tertarik dengan musik dan mencoba memainkannya. Musik berirama Hawaiian, jazz, dan keroncong, saat itu sedang menjadi kecenderungan kebanyakan pendengar radio. Tapi akhirnya dia memutuskan memilih jalur keroncong sebagai nafas hidupnya. Ahasil, dari kemampuannya itu membuat dia diterima bekerja di kantor pos, sambil terus menjalani kegiatan seni, melatih, dan memimpin orkes keroncong milik Kodam IV Diponegoro (1961)[5].

Melalui orkes keroncong inilah ia menempa kemampuan musikalitasnya dengan mencoba menerapkan berbagai gagasan musik untuk membuat agar musik keroncong selalu disukai oleh masyarakat. Di tangan Kelly, menurunnya gairah masyarakat terhadap musik keroncong berhasil dibangkitkan melalui upayanya yang elastis dan berusaha menjawab perubahan zaman.

Kali pertama Kelly Puspito menciptakan lagu keroncong pada dekade 1950-an dengan judul Cincin Tanda Setiamu. Seperti kebanyakan musikus keroncong lainnya, dia mengakui bahwa ia merupakan seorang yang perasa, romantis dan terkadang lebih menghargai rasa cinta terhadap seni dibandingkan terhadap materi. Kecintaannya terhadap seni ini pula sampai hari tuanya ia merasakan tidak mempunyai apa-apa dan terpaksa berpisah dengan istri pertamanya setelah merajut kasih selama sepuluh tahun, walaupun sangat disayangkan baginya karena dia mengenal sosok sang istri melalui musik. Namun kemudian kesendiriannya mulai terobati dengan kehadiran seoarang penyanyi keroncong yang lalu menjadi istri keduanya. Ia merasa istri keduanya lebih siap untuk hidup dengannya sebagai seorang musikus keroncong yang serba kekurangan[6][7].

"Musik keroncong perkembangannya dari yang asli atau asli Indonesia berawal dari keroncong tugu, musik ini terus masuk dan berkembang di Semarang. Ciri khas musik keroncong gaya Semarang ini dapat terdengar dari permainan cellonya, gaya ini berbeda dengan gaya di Solo, Yogyakarta, atau Surabaya" - Kelly Puspito