DPAD Yogyakarta

OLEH-OLEH DARI JEPANG BAGIAN KEDUA

 Opini  16 January 2014  Super Administrator  3403
OLEH-OLEH DARI JEPANG BAGIAN KEDUA

OLEH-OLEH DARI JEPANG

Suatu pengalaman ketika ditugaskan ke Kyoto Jepang selama seminggu

Oleh :AlipSudardjo

BAGIAN KEDUA

 

KebiasaanMasyarakatJepang

Pemandangansehari-hari yang kami lihat orang-orang Jepangselaluberjalan kaki dalamberaktivitas, adajuga yang menggunakanmobilatausepeda motor namunprosentasenyamasihlebihbanyak yang menggunakantransportasiumum.  Pernah kami tanyakan kepada mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Kyoto bahwa biasanya masyarakat Jepang apabila sudah menginjak dewasa (kira-kira SMU dan mahasiswa) mereka mililih tinggal di apartemen atau flat yang letaknya di tengah kota disbanding ikut serumah dengan orang tua. Maka di kota banyak kita jumpai apartemen-apartemen yang letaknya cukup strategis biasanya di pinggir jalan sehingga akses terhadap transportasi public mudah, dan Suasana jalan-jalan di Jepang terasa tertib, teratur dan rapi. Hampir semua jalan-jalan di Jepang tidak jauh berbeda dengan di Indonesia yaitu ada badan jalan ada trotoar rambu-rambu dan pelengkap lainnya, namun yang membedakan adalah karakter manusianya sehingga jalan dan prasarana pelengkapnya menjadi berfungsi dengan baik, contohnya trotoar untuk para pejalan kaki di sana betul-betul untuk para pejalan kaki tanpa rintangan apapun dan hamper semua orang Jepang kemanapun jalan kaki menuju halte atau stasiun KA kemudian menggunakan kendaraan umum, maka menjadi pemandangan umum di sana mulai anak-anak remaja dewasa sampai orang tua berjalan kaki di sepanjang trotoar, sedangkan volume jalan tidak sepadat di Indonesia yang sudah mulai macet di mana-mana dan tidak nyaman baik pejalan kaki maupun pengguna kendaraan.  Coba bandingkan sekarang di sekitar kita trotoar yang mestinya untuk pejalan kaki sebagian besar digunakan pedagang kaki lima sehingga menutup akses untuk para pejalan kaki sehingga para pejalan kaki terpaksa harus ke badan jalan, padahal badan jalan di sisi kanan kiri biasanya juga untuk parker segala macam kendaraan sehingga pejalan kaki di Indonesia pada umumnya merasa tidak nyaman walau sudah sesuai jalurnya.  Pemandangan ketidaknyamanan para pejalan kaki masih ditambahl agi dengan kondisi trotoar maupun jalan yang kurang terawat, perbaikan gorong-gorong dari berbagai kepentingan yang seolah tidak ada koordinasi seperti perusahaan air minum (PAM), kabel telepon dan saluran air dsb, menambah semrawutnya jalan, belum lagi karakter bangsa kita yang masih sangat memprihatinkan khususnya dalam hal kesadaran membuang sampah, kita sering kali melihat masyarakat kita membuang sampah sembarangan seenaknya saja di jalan seolah tidak melanggar norma ataupun mengganggu lingkungan, yang lebih ironis lagi ada sebagian masyarakat kita yang buang air kecil sembarangan di pinggir jalan.  Sekali lagi kalau kita melihat kondisi di jepang dibandingkan dengan Negara kita rasanya malu dan “ngelus dada” seolah kita tidak berbudaya, padahal filosofi dan norma-norma yang kita miliki cukup bagus dan apabila kita junjung tinggi nilai-nilai budaya tersebut bukan tidak mungkin kita akan dihormati sebagaimana bangsa-bangsa yang sudahmaju.

 image

 image

Pengendara kendaraan bermotor sangat menghargai pejalan kaki.

Kemudian yang saya lihat disepanjang jalan tidak seperti di Indonesia hamper semuanya toko, kios, pedagang kaki lima serta parkir di pinggir jalan, di sana pinggir jalan bersih dari pemandangan seperti itu.  Pinggir jalan  hamper semuanya ada trotoarnya yang cukup nyaman untuk pejalan kaki, kalaupun ada took seperti mini market namun jaraknya relative jauh tidak saling berdekatan.  Volume kendaraan juga tidak sepadat di Yogyakarta, Semarang apalagi Jakarta, banyak juga kendaraan di jalanan umumnya kendaraan-kendaraan baru kondisinya betul-betul masih prima dan relative lancer tertib dan rapi tidak ada parkir di pinggir jalan, kalaupun parkir di tempat parkir yang lahannya sangat terbatas namun tertata rapi.  Suatu ketika saya berbincang dengan salah satu rombongan yang pernah tinggal di Jepang bahwa memiliki kendaraan di Jepang cukup mahal operasionalnya, pajaknya mahal, parkirnya juga mahal serta menyimpannya juga tidak mudah biasanya kalau di apartemen dikenakan sewa per bulan yang cukup mahal apabila menaruh kendaraan bermotor. Maka masyarakat Jepang lebih suka memilih menggunakan transportasi umum disbanding menggunakan kendaraan pribadi. Apalagi moda transportasi umum di Jepang cukup memadai, waktunya pasti dan fasilitas seperti halte dan stasiun pemberhentian sangat representative dan mudah diakses.

 image

Suasana parkiran.

Karakter masyarakat jepang adalah pekerja keras, serius, disiplin dan selalu menjaga kebersihan, hamper semua sudut-sidut kota bersih sekali tidak ada sampah bertebaran disembarang tempat, bahkan sungaipun terlihat bersih dan jernih.  Namun ada beberapa hal yang barangkali kurang pas menurut budaya dan agama kita di Indonesia yaitu ketika mereka merasa gagal serta dikucilkan dari pergaulannya maka ada beberapa yang memilih bunuh diri, demikian penuturan mahasiswa yang baru menempuh kuliah di Jepang.  Selanjutnya dia menceritakan bahwa kehidupan sehari-hari mahasiswa di Jepang selalu disibukkan aktivitas, mereka malu apabila masuk apartemen masih terlalu sore umumnya mereka masuk apartemen sudah malam hari.  Kalaupun jadwal kuliah tidak seharian maka mereka mencari pekerjaan sampingan di beberapa tempat yang memungkinkan mereka bekerja part-time. Dengan demikian pola kehidupan mahasiswa Jepang umumnya disibukkan dengan pekerjaan, apabila sudah mulai menyusun skripsi maupun desertasi  umumnya mereka disibukkan dengan penelitian, maka pihak kampus menyediakan ruangan lengkap dengan meja kursi dan perlengkapan lain untuk melakukan penelitian dengan serius.  Orang Jepang yang saya temui rata-rata mereka tidak suka bergurau umumnya mereka  nampak serius, suatu ketika rombongan kami bermaksud mengajak bergurau namun tidak mendapat tanggapan dari mereka. Di beberapa tempat mereka selalu menempatkan sesuatu barang dengan tertib dan teratur seperti parker dan sebagainya, di bawah ini tempat parkir sepeda.

 image

Menempatkan sepedapun mereka sangat rapi dan teratur tanpa harus dipandu oleh petugas parker ataupun satpam.  Namun disisi lain pihak pemerintah local maupun lembaga baik sekolahan, kampus maupun lembaga lainnya juga menyediakan sarana prasarana yang memadai.  Di salah satu kampus yang letaknya di luar kota saya menjumpai parkiran kendaraan bermotor roda dua di arena yang terbuka, itupun nampak  begitu rapi dan teratur.  Masyarakat Jepang juga peduli pada lingkungan alam, beberapa tempat terlihat hijau dan terawatt dengan bersih, tempat parkiran sepeda motor kampus di bawah ini menunjukkan suasana yang nyaman.

 image

Opini Lainnya

The Collapse of the Petro Dollar The Collapse of the Petro Dollar
 21 March 2023  372

The Collapse of the Petro Dollar by. Hendrikus Franz Josef, M.Si, (International Relations Observer, CEO The Hendrikus ...

AUKUS Makes ASEAN a Battlefield with China AUKUS Makes ASEAN a Battlefield with China
 21 March 2023  382

AUKUS Makes ASEAN a Battlefield with China by. Hendrikus Franz Josef, M.Si, (International Relations Observer, CEO The...

Russia Threatens to Blow Up ICC with Missiles Russia Threatens to Blow Up ICC with Missiles
 21 March 2023  216

Russia Threatens to Blow Up ICC with Missiles by. Hendrikus Franz Josef, M.Si\ (International Relations Observer, CEO The...

Koleksi Online BPAD DIY Tahun 2013 Koleksi Online BPAD DIY Tahun 2013
 8 June 2013  3667

Untuk meningkatkan pelayanan informasi kepada pemustaka, BPAD DIY pada tahun 2013 ini melanggan koleksi digital on-line sebanyak 3...