29 Maret, 2017

Call Number

:

COE 959.823

No. Inventaris

:

3210/PD/B.14

Pengarang

:

Ardian Kresna

Judul

:

Sejarang Panjang Mataram : Menengok Berdirinya Kesultanan Yogyakarta

Penerbit

:

Yogyakarta : Diva Press, 2011


Sejarah panjang Kerajaan Mataram di Jawa dimulai sejak abad VIII dengan wilayah kekuasaan yang membentang diseluruh pulau Jawa. Kerajaan ini memiliki peradaban yang luar biasa dengan dibangunnya candi-candi kuno dengan arsitektur megah semisal Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Tonggak berdirinya kerajaan Mataram Islam berawal dari cerita keberhsilan Sutawijaya dalam mengalahkan Arya Penangsang. Di dalam buku ini diceritrakan bahwasannya Raja Kesultanan Pajang Sultan Hadiwijaya mengadakan sayembara bahwa siapa pun yang bisa membunuh Arya Penangsang akan dihadiahi “tanah perdikan”. Atas keberhasilan Sutawijaya dalam membunuh Arya Penangsang, selanjutnya Sultan Hadi Wijaya Menghadiahkan Alas Mentaok kepada Sutawijaya dan ayahanndanya Ki Ageng Pemanahan. Pada Akhir abad ke-16, alas mentaok yang sudah dijadikan pemukiman oleh Ki Ageng Pemanahan lambat laun berkembang menjadi daerah yang makmur dan menjadi puasat kukuasaan yang kemudian diberi nama Mataram. Setelah sepeninggalan Ki Ageng Pemanahan Mataram kemudian dipimpin oleh Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati. Kerajaan Mataram mengalami masa kejayaan pada era kepemimpinan Mas Rangsang yang bergelar Kanjeng Sultan Agung Senapati Ing Alaga Ngaburachman Sayidin Panatagama. Kejayaan Mataram Islam dibawah kepemimpinan Sultan Agung mengalami kemunduran seiring datangnya VOC ke bumi Nusantara dan juga adanya perpecahan di lingkungan internal kerajaan Mataram. Klimaks dari melemahnya kekuasaan kerajaan Mataram ditandai dengan adanya perjanjian Giyanti yang membagi daerah kekuasaan kerajaan Mataram menjadi dua yaitu Kasunanan Surakarta yang berkedudukan di surakarta dan KasultananYogyakarta yang berkedudukan di Yogyakarta. Kasultanan Yogyakarta sebagi bagian dari kerajaan Mataram kemudian diakui oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai kerajaan dan mempunyai hak untuk mengatur rumah tangga sendiri seperti yang tertuang dalam kontrak polikit antara kasultanan Yogyakarta dengan Pemerintah Hindia Belanda (Staatsblad 1941 No.47). Peran sentral kasultanan Yogyakarta kemudian sangat terasa pada era kemerdekaan dimana Kraton Kasultanan Yogyakarta menjadi mobilisator percepatan pada masa-masa awal pembentukan NKRI tahun 1945 dengan dikeluarkannya maklumat 5 September 1945 dimana Kraton Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman yang diakui oleh pihak Belanda sebagai negara Merdeka, menyatakan diri bergabung dengan NKRI. Maklumat 5 September 1945 ini kemudian menjadi starting point bagi Keistimewaan DIY pada masa setelah kemerdekaan.

Kata Kunci : Mataram, Perjanjian Giyanti, Kasultanan Yogyakarat, Daerah Istimewa Yogyakarta

Address;

Jalan Janti, Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta

Phone:

(0274) 4536233

E-Mail

bpad_diy@yahoo.com