19 April, 2017

Buku ini menceritakan tentang penulis yang bernama Nio Joe Lan pada tahun 1942 turut dipenjarakan oleh tentara jepang dan suatu catatan sejarah yang sangat berharga memgenai pengalamannya dan kejadian dalam penawaran oleh jepang.

Sejak awal, alasan Jepang menangkap dan memenjarakan warga Tionghoa tentu berbeda dengan orang Belanda. Jika warga Tionghoa memang sudah dianggap musuh Jepang, maka penangkapan atas orang Belanda selain sebagai bangsa yang harus diperangi karena melakukan praktek kolonialisme juga didasarkan pada alasan rasial, yaitu hanya karena orang Belanda berkulit putih. Di dalam penjara Bukit Duri terjadi diskriminasi antar sesama tawanan, terutama tawanan orang Belanda dalam hal soal makanan. Jika tawanan Tionghoa hanya diberi jatah makan nasi dan air kangkung dalam satu hari, tawanan Belanda sudah diberi sarapan roti di pagi hari, semangkuk sup siang hari dan nasi beserta sup di malam hari. Mendapat perlakuan yang berbeda tersebut, para tawanan Tionghoa yang diperantarai Tan Tjong Lim menuntut komandan Jepang supaya diperlakukan sama seperti tawanan Belanda dalam soal makanan. Bukannya tuntutan itu dikabulkan, para tawanan Tionghoa malah diberi hardikan: “Kaoe orang poenja keadahan tida bisa dipersamaken dengen keadahan orang koelit-poeti. Kaoe orang ada orang jang dimasoeken di dalem lisjt sebagai moesoeh-moesoeh, tapi marika-marika ditangkep meloeloe kerna marika ada orang koelit-poeti”.

Tidak banyak bekas tawanan jepang yang pernah menulis buku yang selengkap dan sesksama ini namun juga sangat menarik.

Address;

Jl. Kawaluyaan Indah II No. 4 Soekarno Hatta , Kota Bandung, Jawa Barat

Phone:

022-7320048
022-7320049 (fax)

E-Mail

dispusipda@jabarprov.go.id