Tentu saja bagi masyarakat Sunda pada umumnya dongeng “sakadang kuya jeung sakadang monyet” pernah akrab di telinga dan menjadi dongeng pelepas tidur yang didongengkan orang tua saat masa kanak-kanak. Memang benar dongeng ini merupakan dongeng endemik sunda terlihat dari kedalaman bahasa yang kental dan latar yang erat hubungannya dengan kehidupan masyarakat Jawa Barat. Sayang dewasa ini “sakadang kuya” tak lagi menjadi cerita yang sering diperbincangkan atau sekedar menjadi cerita pengantar tidur anak-anak, kalaupun masih diperbincangkan ceritanya sudah tak asli atau hanya disampaikan potongan- potongannya saja padahal aslinya dongeng ini memiliki alur yang sempurna.
Untuk menghidupkan kembali
alur cerita yang sempurna, dalam buku ini ditulis kembali cerita dari awal
perkenalan sakadang kuya dan sakadang monyet sampai akhir keduanya berpisah
karena berebut suling dari tulang harimau.
Berikut
alur judul dongeng “sakadang kuya jeung sakadang monyet”:
1.
Mimiti sosobatan
2.
Ngala nangka
3.
Melak cau
4.
Ngala cau
5.
Maling cabe
6.
Rek dikawinkeun ka anak
patani
7.
Goong batara guru
8.
Silih duruk jeung maung
9.
Suling tulang maung
10.
Dibawa kabur ku monyet
11.
Menta tulung ka keuyeup.