29 Maret, 2017

Call Number : COE 920 HarW

No. Inventaris : 165-PD/B.13

Pengarang : Haryadi Baskoro dan Sudomo Sunaryo

Judul : Wasiat HB IX Yogyakarta Kota Republik

Penerbit : Yogyakarta : Galang Press; 2011


“ Yogyakarta menjadi termasyhur oleh karena jiwa kemerdekaan-nya. Hidupkan terus jiwa kemerdekaan itu”. Sepenggal guratan itulah yang ditulis Sukarno pada tanggal 28 Desember 1949 di Lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta. Tepat sehari setelah momen penyerahan kedaulatan Belanda ke Indonesia. Terlihat, begitu dalam kesan Sukarno pada masyarakat, yang rela menjadi benteng terakhir kemerdekaan Indonesia. Selama pemerintah pusat berkantor di Yogyakarta, Sultan HB IX bersamas Paku Alam VIII menyediakan semua fasilitas, termasuk menggaji pejabat teras Indonesia. Belum lagi menghibahkan enam juta gulden sebagai modal awal Sukarno dan kabinetnya menjalankan roda pemerinta-han. Inilah yang disebut pengorbanan tanpa pamrih. Ketiga agresi militer II berlangsung Belanda menawarkan jabatan “ Super Wali Negeri” atas Jawa dan dan Madura pada Sultan HB IX Raja Jawa ini pun tegas menolak. Sejarah pasti akan bercerita lain seandainya sultan menerima tawaran itu. Sultan HB IX bertekad untuk berintegrasi dan menyerahkan wilayah kekuasaan pada NKRI. Negosiasi antara Sultan HB IX dan Pakualam VIII dengan presiden Sukarno itulah yang akhirnya melahirkan status keistemewaan Yogyakarta yang ditegaskan dalam Amanat 5 September 1945. Sultan Hamengkubuano IX yang dikenal memiliki daya linuwih sebelum wafat, ia berwasiat pada Sultan HB X” Yogyakarta menjadi termasyhur okeh karena jiwa kemerdekaannya. Hidupkan terus jiwa kemerdekaan itu”.

Kata kunci : Yogyakarta,

Sultan Hamengku Buwono IX, Sejarah

Address;

Jalan Janti, Banguntapan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta

Phone:

(0274) 4536233

E-Mail

bpad_diy@yahoo.com