01 Desember, 2016

Beksan Wireng : berasal dari kata Wira (perwira) dan ‘Aeng’ yaitu prajurit yang unggul, yang ‘aeng’, yang ‘linuwih’. Tari ini diciptakan pada jaman pemerintahan Prabu Amiluhur dengan tujuan agar para putra beliau tangkas dalam olah keprajuritan dengan menggunakan alat senjata perang. Sehingga tari ini menggambarkan ketangkasan dalam latihan perang dengan menggunakan alat perang. Tujuan diciptakannya tarian ini untuk menyemangati 4 prajurit perang yang saat itu yang sedang berlatih. Hal ini terlihat dengan gerakan-gerakan para penari yang gagah perkasa sedang membawa tombak dan tameng. Karena tarian ini memang mengandung tema perang.

Dengan berkembangnya zaman, tarian ini terbagi menjadi 6 jenis yaitu Panji Sepuh, Panju Anem, Dhadap Kanoman, Jemparing Ageng, Lhawung Ageng dan Dhadhap Kreta.

Biasanya tarian ini ditarikan oleh laki-laki dan menggunakan kostum bak seorang prajurit


Ciri-ciri tarian ini :
— Ditarikan oleh dua orang putra/i
— Bentuk tariannya sama
— Tidak mengambil suatu cerita
— Tidak menggunakan ontowacono (dialog)
— Bentuk pakaiannya sama
— Perangnya tanding, artinya tidak menggunakan gending sampak/srepeg, hanya

iramanya/temponya kendho/kenceng
— Gending satu atau dua, artinya gendhing ladrang kemudian diteruskan gendhing ketawang
— Tidak ada yang kalah/menang atau mati.