26 Juni, 2018

MGR Albertus Soegijapranata lahir dengan nama Soegija di Surakarta, 25 November 1896. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang diangkat menjadi Uskup Agung setelah sebelumnya dinobatkan menjadi Vikaris Apostolik Semarang. Ketika zaman pendudukan Jepang di Indonesia, bersama MGR Willekens, SJ ia menghadap ke penguasa Jepang supaya Rumah Sakit St. Carolus dapat terus beroperasi. Selain sebagai biarawan, Soegijapranata adalah seorang pengajar ilmu pasti, Bahasa Jawa, dan Agama di Kolose Xaverius Muntilan. Soegija dibesarkan dalam keluarga Kejawen yang merupakan abdi dalem Keraton Surakarta. Ia mendapatkan nama Albertus Magnus setelah prosesi pembaptisan yang dilakukan oleh Pastor Meltens, SJ ketika ia bersekolah di Kolose Xaverius. Setelah menamatkan sekolahnya, ia berkeinginan untuk menjadi imam sehingga pada tahun 1916, ia dikirim untuk mengikuti kegiatan imamat dan mulai mendalami ilmu agama Katholik, Bahasa Latin, Yunani dan filsafat di Gymnasium, Uden, Belanda, di bawah asuhan Ordo Salib Suci atau Ordo Sanctae Crucis (OSC). Dari Gymnasium, Soegija kemudian masuk Novisiat SJ di Mariendaal. Ia belajar Filsafat di Kolese Berchman, Oudenbosch pada tahun 1923 sampai 1926. Hingga tahun 1928, Soegija mengabdikan dirinya di Kolose Xaverius sebagai pengajar karena setelah itu, ia kembali berlayar ke Belanda untuk memperdalam ilmu Teologi di Maastricht. Tahun 1931, Soegija menerima Sakramen Imamat yang dihabiskan oleh Uskup Roermond di kota Maastricht dan menambah namanya dengan Pranata sehingga menjadi Soegijapranata. Dua tahun setelah pentahbisan, ia kembali ke Indonesia dengan membawa nama baru dan ditugaskan sebagai Pastur Pembantu di Bintaran. Tak lama kemudian, ia diangkat menjadi Pastur Paroki. Berdasarkan telegram dari MGR Montini di Roma, Soegijapranata diangkat sebagai Vikaris Apostolik yang memangku jabatan keuskupan. Selain menjadi Uskup Agung pertama di Indonesia, Soegijapranata dikenal sebagai imam Katholik pertama yang menyesuaikan dan mengembangkan ajaran Katholik berdasarkan adat ketimuran. Pada masa penjajahan Belanda, ia tidak hanya memperjuangkan kelangsungan Rumah Sakit St.Carolus, namun juga berjuang menentang anggapan bahwa gereja identik dengan kolonial Belanda. Soegijapranata wafat di Belanda tahun 1963 dan dimakamkan di TMP Giritunggal, Semarang. Ia ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional RI pada tahun 1963.

Pahlawan Nasional Di Jawa Tengah