27 Maret, 2017

Call Number : COE 181.19822 Suw M

No. Inventaris : 2952-PD/B.14

Pengarang : Suwardi Endraswara

Judul : Memayu hayuning bawana : Laku menuju

keselamatan dan kebahagiaan hidup orang Jawa.

Penerbit : Yogyakarta : Narasi, 2013.


Salah satu falsafah hidup orang Jawa yaitu“hamemayu hayuning bawana” mempunyai makna menjaga, memperindah, dan menyelamatkan dunia. Istilah “memayu hayuning bawana” banyak didengar siapa saja. Ungkapan ini tidak hanya sekedar ungkapan (unen-unen) biasa. Ungkapan ini merupakan sebuah perisai hidup, yang banyak ditaati oleh orang Jawa umumnya, khususnya para penghayat kepercayaan kejawen. Makna memayu hayuning bawa-na, menurut Koentjaraningrat, diterjemahkan sebagai memperin-dah dunia. Figur manusia yang mampu menjalankan ajaran memayu hayuning bawana disebut sebagai orang yang arif. Puncak falsafah hidup memayu hayuning bawana adalah meraih suasana tata-titi-tenteram. Pada saat orang Jawa mampu menjaga keteraturan alam semesta (dunia), suana akan harmoni, tenang, dan tenteram. Buku ini menguraikan arti dan konsep falsafah memayu hayuning bawana, memperindah dunia, yang secara turun temurun diwarisi oleh masyarakat Jawa. Juga mengupas jalan untuk mencapainya serta konteks ritual, kebatinan, dan sosial yang melingkupinya. Ungkapan “Hamemayu hayuning bawana” ini merupakan sesanti Daerah Istimewa dalam membangun daerah-nya. Falsafah ini kemudian dikembangkan menjadi : 1. Rahayuning Bawana Kapurbo Waskitaning Manungso; 2. Darmaning Satrio Mahanani Rahayuning Nagoro; 3. Rahayuning Manungso Dumadi Karono Manungsane. (At)

Kata kunci : Falsafah hidup orang Jawa, Kejawen, Memayu Hayuning Bawana